LATAR BELAKANG
Menurut Undang -
Undang nomor 20 tahun 2003, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar murid secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan
yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
Republik Indonesia, secara resmi memperkenalkan Kurikulum Merdeka. Fokus utama
dari Kurikulum Merdeka adalah memberikan kebebasan kepada murid dan guru dalam
pelaksanaan proses pembelajaran (Kemdikbud, 2023).
Salah satu pendekatan dalam rangka mewujudkan merdeka
belajar adalah dengan pendekatan pembelajaran berdiferensiasi, yaitu proses
belajar mengajar dimana murid dapat mempelajari materi pelajaran sesuai dengan
kemampuan, apa yang disukai, dan kebutuhannya masing-masing sehingga mereka
tidak frustasi dan merasa gagal dalam pengalaman belajarnya (Breaux dan Magee,
2010; Fox & Hoffman, 2011; Tomlinson, 2017 dalam Irdhina et al., 2021).
Pembelajaran
berdiferensiasi merupakan usaha
untuk menyesuaikan proses
pembelajaran di kelas
guna memenuhi kebutuhan
belajar setiap individu, yakni terkait
minat, profil belajar dan kesiapan murid (Herwina, 2021). Kenyataannya, banyak guru yang menghadapi kesulitan
dalam mengimplementasikan bagaimana menerapkan pendekatan pembelajaran
diferensiasi. Hal ini disebabkan oleh kebiasaan mereka yang telah lama terpaku
pada metode pembelajaran satu arah.
Kurangnya inovasi dari guru untuk merancang
pembelajaran berdiferensiasi yang dapat mengakomodasi kebutuhan murid, menyebabkan
murid kehilangan kesempatan untuk dapat terlibat aktif dalam pembelajaran. Hal
ini sejalan dengan pendapat (Saddadi, 2019), bahwa mengajar yang sukses melibatkan keterlibatan
aktif murid dalam proses pembelajaran. Kedua aspek ini berjalan bersamaan,
tidak ada yang mendahului di antara proses mengajar dan belajar, karena
keduanya saling memengaruhi satu sama lain.
Salah satu kegiatan pembelajaran yang dapat
mengaktifkan murid adalah melalui inovasi pembelajaran berbasis Teknologi,
Informasi, dan Komunikasi (TIK) yang disajikan berdasarkan kebutuhan belajar
murid. Rahmaniar &
Prastowo (2021) menyampaikan bahwa salah satu media yang dapat
dipakai dalam mewujudkan iklim menyenangkan, kreatif dan membangkitkan
partisipasi anak untuk ikut aktif pada proses belajar ialah dengan memanfaatkan
teknologi sebagai media informasi.
Praktik baik telah diimplementasikan di SD Negeri 3
Plumbungan, Kecamatan Pagentan, Kabupaten Banjarnegara. Murid di kelas V
diidentifikasi sebagai kelompok yang kurang aktif dalam proses pembelajaran.
Meningkatkan partisipasi mereka dalam kegiatan belajar dapat dicapai dengan
merancang pembelajaran yang memperhatikan kebutuhan belajarnya dan
mengintegrasikan TIK. Mata pelajaran IPA dan materi Rantai Makanan untuk kelas
V dipilih karena materi tersebut mendorong pemahaman konsep melalui observasi,
analisis, dan pemikiran kritis. Hal ini dapat merangsang partisipasi aktif murid,
mendukung pendekatan berdiferensiasi.
TUJUAN
Berdasarkan latar
belakang masalah, maka penulis merumuskan tujuan praktik baik sebagai berikut:
1.
Meningkatkan
keaktifan
belajar murid melalui pemanfaatan media pembelajaran berbasis kecanggihan TIK.
2.
Mengakomodasi
kebutuhan belajar tiap murid melalui pembelajaran berdiferensiasi sehingga tercipta pembelajaran yang menyenangkan dan
bermakna.
3.
Meningkatkan
kualitas pembelajaran di SD Negeri 3 Plumbungan.
SITUASI
Pembelajaran
berdiferensiasi bukanlah konsep baru dalam ranah pendidikan. Prinsip
pembelajaran berdiferensiasi juga sering disebut sebagai pembelajaran diferential
(Herwina, 2021). Pembelajaran
berdiferensiasi ini sejalan dengan filosofi pemikiran pendidikan menurut Ki
Hajar Dewantara, bahwa pendidikan memberi tuntunan terhadap segala kekuatan
kodrat yang dimiliki anak. Walaupun telah lama ada, praktek pembelajaran
berdiferensiasi masih kurang umum dilakukan oleh para guru, terutama di tingkat
sekolah dasar.
SD Negeri 3
Plumbungan merupakan sekolah yang sudah melaksanakan Kurikulum Merdeka secara
mandiri berubah, dengan implementasinya di kelas 1, 2, 4, dan 5. Meskipun
begitu, sebanyak 71,43% guru belum memiliki pengalaman dalam menerapkan
pembelajaran berdiferensiasi di kelas. Kami terus mengevaluasi situasi ini dan
berusaha mencari solusi terbaik agar dapat menyelenggarakan pembelajaran yang
berfokus pada kebutuhan murid.
Adapun hasil wawancara terbuka dengan
kepala sekolah, guru dan murid, serta observasi terhadap proses pembelajaran,
ditemukan beberapa permasalahan sebagai berikut:
1. Interaksi
antara guru dan murid dalam pembelajaran kurang, sehingga murid cenderung pasif
dalam pembelajaran.
2. Kurangnya
inovasi guru dalam melaksanakan pembelajaran yang dapat membangkitkan keaktifan
belajar murid, utamanya dalam hal pemanfaatan teknologi.
3. Implementasi
pembelajaran yang seragam menandakan bahwa guru belum memiliki pemahaman yang
memadai terhadap kebutuhan belajar murid, sehingga proses pembelajaran tidak
menyesuaikan dengan kebutuhan individual setiap murid.
Terkait dengan peran saya sebagai guru, saya merasa
tertantang untuk dapat melakukan perbaikan dengan menggunakan data yang saya
peroleh sebagai dasar untuk mengembangkan strategi dan program yang lebih baik
guna meningkatkan kualitas pembelajaran yang berpusat pada murid. Beberapa hal
yang saya lakukan diantaranya:
1. Meminta
izin kepala sekolah untuk melakukan praktik pembelajaran dan
mendokumentasikannya agar menjadi referensi bagi guru lain terkait pembelajaran
berdiferensiasi berbasis kecanggihan TIK.
2. Menyusun
instrumen angket asesmen awal pembelajaran untuk memetakan gaya belajar murid.
3. Menyusun
administrasi pembelajaran dengan pendekatan pembelajaran berdiferensiasi
meliputi modul ajar berdiferensiasi, pembuatan media, serta instrumen asesmen
pembelajaran.
4. Melaksanakan
pembelajaran sesuai dengan modul ajar yang telah dibuat
Berdasarkan
pengalaman selama merancang dan menerapkan rencana praktik baik pembelajaran
terhadap masalah di atas, saya merasa bahwa praktik ini penting dibagikan
karena 71,43%
guru di sekolah saya belum
pernah menerapkan pembelajaran berdiferensiasi, sehingga saya dapat berbagi
pengalaman kepada guru lain untuk melaksanakan pembelajaran yang dapat
mengakomodasi kebutuhan belajar murid. Selain itu, dapat menjadi referensi bagi
guru lain terkait dengan permasalahan keaktifan belajar murid yang rendah dalam
mata pelajaran IPAS.
TANTANGAN
Tujuan dari
praktik ini adalah adalah untuk meningkatkan keaktifan belajar murid, mengakomodasi
kebutuhan belajar tiap murid, dan meningkatkan kualitas pembelajaran di SD
Negeri 3 Plumbungan. Ada beberapa tantangan yang saya hadapi selama
melaksanakan praktik ini, diantaranya:
1.
Persiapan
asesmen awal pembelajaran untuk memetakan gaya belajar murid memerlukan
fasilitas laptop yang memadai, karena sebagian besar murid tidak dapat
mengakses google form secara mandiri.
2.
Murid
belum terbiasa mengikuti pembelajaran yang variatif, jadi masih terkesan kaku
untuk aktif dalam pembelajaran.
3.
Kendala
teknis, berupa listrik padam, menyebabkan kesulitan untuk mengakses media
pembelajaran berbasis TIK.
Berkaitan
dengan hal tersebut, untuk mencapai terlaksananya tujuan
praktik ini ada beberapa pihak yang membantu saya, yaitu kepala sekolah, rekan
guru, dan murid. Beberapa pihak yang terlibat, membantu saya mulai dari proses
penyusunan hingga proses pelaksanaan, utamanya membantu dalam kelengkapan
sarana praktik baik.
AKSI
Berdasarkan
situasi dan tantangan yang dihadapi, kemudian saya melakukan inovasi
pembelajaran yang saya beri nama PEBI SI CANTIK (Pembelajaran Berdiferensiasi
Berbasis Kecanggihan TIK) dengan langkah dan proses yang tersaji dalam berikut.
Kegiatan |
Alur Kegiatan |
Tahap persiapan awal |
1.
Persiapan laptop,
dari saya dan rekan guru untuk pengisian google form. Link google form: 2.
Analisis hasil
pengisian gaya belajar sebagai acuan pembuatan modul ajar berdiferensiasi.
Link hasil analisis: https://shorturl.at/bkmTU 3.
Pembuatan modul
ajar berdiferensiasi dengan fokus diferensiasi berdasarkan gaya belajar
murid. Link modul: https://shorturl.at/lzBS2 4.
Persiapan media
pembelajaran berbasis TIK. Link MPI: https://shorturl.at/hpuP0, Link Komik Audio: https://shorturl.at/bGKT6 5.
Persiapan laptop
dan gawai dari saya dan rekan guru sebagai sarana pendukung pembelajaran
berbasis TIK. |
Tahap pelaksanaan
pembelajaran |
1.
Pelaksanaan
pembelajaran pada kegiatan awal adalah pembuatan kesepakatan belajar,
penyampaian tujuan pembelajaran, dan menggali pengetahuan awal murid melalui
pertanyaan pemantik yang berkaitan dengan materi. 2.
Pelaksanaan
pembelajaran pada kegiatan inti ada pada mengorganisir kelompok berdasarkan
gaya belajarnya, sementara guru juga harus merancang berbagai konten
pembelajaran dan memastikan pemahaman murid terhadap konsep rantai makanan
dengan memberikan proyek yang sesuai dengan gaya belajar individu mereka. Saya
menggunakan strategi diferensiasi konten dan produk. Diferensiasi
konten -
Kelompok visual:
mendapatkan
sumber belajar berupa Media Pembelajaran Interaktif, yang saya kembangkan,
dengan judul RAMA SISTA. -
Kelompok
auditori: mendapatkan
sumber belajar berupa komik audio. -
Kelompok
kinerstetik: diarahkan
untuk bergerak, melakukan aktivitas di luar kelas, dengan mencari sumber
belajar yang sudah saya siapkan di sudut-sudut tertentu. Mereka akan mencari
materinya secara kolaboratif, dengan memecahkan sandi terlebih dahulu.
Disinilah saya mengemas konten mereka berbasis edugame. Diferensiasi
produk -
Kelompok visual:
mengerjakan sebuah karya visual berupa poster,
infografis, mind mapping, ataupun bentuk desain visual lainnya dengan
memanfaatkan aplikasi Canva for Education. -
Kelompok
audiotori: mengerjakan sebuah karya video berupa
pemaparan peristiwa memakan dan dimakan pada tumbuhan dan hewan, berikut
penjelasan peran masing-masing organisme yang terlibat, serta beberapa contoh
rantai makanan dari berbagai ekosistem. -
Kelompok
kinestetik: membuat poster rantai makanan dari berbagai
ekosistem, dengan menyusun gambar tumbuhan dan hewan yang mereka temukan
dalam permainan mencari harta karun. 3.
Pelaksanaan asesmen
sumatif pembelajaran, saya laksanakan dengan memanfaatkan Platform Merdeka
Mengajar (PMM) pada menu Perangkat Ajar. Sumber referensi berasal dari karya
guru lain yang telah tervalidasi. Murid mengerjakan soal evaluasi yang ada
dalam MPI tersebut, untuk kemudian saya ambil hasilnya sebagai bahan evaluasi
ketercapaian tujuan. Link PMM: https://shorturl.at/eyKMT
4.
Pelaksanaan
pembelajaran pada kegiatan penutup adalah melakukan refleksi pembelajaran
“Saya Tahu Sekarang”. Dalam langkah ini, murid diminta untuk menuliskan satu
konsep yang telah mereka pahami dan juga mengungkapkan perasaan mereka
setelah selesai belajar pada hari itu. 5.
Pelaksanaan
proses pembelajaran melalui kesepakatan belajar yang telah dibuat untuk
meminimalisir kekacauan di kelas, mengingat terdapat 3 kelompok dengan
aktivitas yang berbeda. 6.
Saya
memfasilitasi pembelajaran dengan mendorong murid untuk berpartisipasi aktif.
Murid belajar materi sesuai dengan kebutuhannya, sehingga mereka merasa bahwa
pembelajaran itu menyenangkan. |
Tahap
refleksi dan tindah lanjut |
Guru melakukan refleksi diri, menggunakan model 4F (Facts,
Feelings,Findings, Future). 1.
Facts: saya mengidentifikasi dan mencatat fakta-fakta
yang terjadi dalam pembelajaran yang telah dilaksanakan. 2.
Feelings: saya merenungkan perasaan dan emosi yang dirasakan
selama proses pembelajaran. 3.
Findings: saya merenungkan pemikiran atau pandangan yang saya
miliki tentang proses pembelajaran. 4.
Future: saya membuat kesimpulan dan rencana tindakan
berdasarkan refleksi saya terhadap fakta, perasaan, dan pikiran yang telah saya
identifikasi sebelumnya untuk merencanakan kegiatan selanjutnya. |
Selama proses
pelaksanaan praktik baik ini, saya meminta rekan guru untuk mengobservasi serta
memberikan umpan balik terhadap seluruh proses pembelajaran yang sedang
berlangsung, sekaligus membantu saya dalam mendokumentasikan aktivitas praktik
baik pembelajaran.
REFLEKSI
Langkah-langkah
yang telah dilaksanakan untuk mengatasi tantangan dalam meningkatkan keaktifan belajar murid, mengakomodasi
kebutuhan belajar tiap murid, dan meningkatkan kualitas pembelajaran di SD
Negeri 3 Plumbungan menghasilkan sejumlah
perubahan positif yang sangat berarti. Hasil dari PEBI SI CANTIK (Pembelajaran Bediferensiasi
Berbasis Kecanggihan TIK), terbukti dapat membuat murid lebih aktif,
bersemangat dan antusias selama proses pembelajaran. Praktik pembelajaran ini
juga sangat membantu mengurangi beban kerja guru. Guru tidak lagi perlu
memberikan penjelasan panjang lebar dalam menjelaskan materi, melainkan lebih
mempercayai murid untuk mengeksplorasi pengetahuan mereka sendiri, sementara
guru berperan sebagai fasilitator. Selain itu, berbagai kebutuhan belajar murid
yang berbeda berdasarkan gaya belajar mereka dapat terakomodasi dengan baik
melalui diferensiasi konten dan produk.
Setelah beberapa
serangkaian aksi terlaksana, dari kacamata saya juga mencatat perubahan
signifikan dalam upaya untuk meningkatkan kualitas pembelajaran di SD Negeri 3
Plumbungan. Kepala sekolah memberikan dukungan sepenuhnya untuk mendorong
penerapan praktik baik agar dapat diikuti oleh rekan guru lain. Rekan guru juga
bersedia merancang rencana implementasi pembelajaran berdiferensiasi berbasis
kecanggihan TIK dalam kegiatan pembelajaran di kelasnya.
Faktor yang menjadi keberhasilan ini yaitu persiapan
yang matang dengan desain pembelajaran yang sudah disiapkan dengan baik dan
kelengkapan perangkat pembelajaran. Namun, faktor yang dapat menghambat
keberhasilan adalah kejadian tak terduga seperti pemadaman listrik yang
mendadak. Hal ini dapat menyebabkan kendala untuk mengakses media pembelajaran
berbasis TIK, yang pada akhirnya dapat berdampak mempengaruhi pelaksanaan pembelajaran
yang telah direncanakan sebelumnya.
Pembelajaran yang didapatkan dari seluruh proses ini
adalah kita harus menanamkan bahwa guru bukan satu-satunya sumber belajar bagi
murid. Saat ini kita dihadapkan pada era digital, di mana guru harus cerdas
dalam memanfaatkan kecanggihan TIK agar dapat menunutun murid sesuai dengan
kodrat zamannya, yang tentunya juga peka terhadap kebutuhan belajar mereka yang
memiliki keunikan satu sama lain. Untuk dapat merubah sebuah kebiasaan tidaklah
mudah, apalagi mempunyai mimpi besar untuk dapat meningkatkan kualitas
pembelajaran di sekolah. Namun, pasti ada cara yang dapat ditempuh dalam
memulai perubahan, dengan memaksimalkan peran kita sebagai guru.
SIMPULAN
Sebagai upaya meningkatkan keaktifan belajar murid,
mengakomodasi kebutuhan belajar tiap murid, dan meningkatkan kualitas
pembelajaran di SD Negeri 3 Plumbungan, sebuah praktik pembelajaran
berdiferensiasi berbasis kecanggihan TIK diterapkan. Meskipun ada perubahan
positif, ada juga tantangan yang dihadapi, termasuk pemadaman listrik yang
tiba-tiba yang dapat mengganggu akses ke media pembelajaran berbasis TIK.
Namun, dukungan kepala sekolah dan kesiapan dalam persiapan pembelajaran adalah
faktor penting keberhasilan. Proses refleksi diri juga menjadi bagian penting
dalam evaluasi dan perbaikan. Praktik ini menggarisbawahi pentingnya guru
sebagai fasilitator pembelajaran yang mampu mengakomodasi kebutuhan belajar murid
dengan berbagai gaya belajar yang berbeda. Praktik ini merupakan langkah awal
menuju perubahan yang lebih besar dalam meningkatkan kualitas pembelajaran.
REFERENSI
Depdiknas.
(2003). Undang-undang RI No. 20 tahun 2003.tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Herwina, W. (2021). Optimalisasi Kebutuhan Murid Dan
Hasil Belajar Dengan Pembelajaran Berdiferensiasi. Perspektif Ilmu
Pendidikan, 35(2), 175–182. https://doi.org/10.21009/pip.352.10
Irdhina, D., Suwarma, irma R., Anggreni, Purba, M., Purnamasari,
N., & Saad, Y. (2021). pada Kurikulum Fleksibel Sebagai Wujud Merdeka
Belajar di SD Cikal Cilandak.
Rahmaniar, E., & Prastowo, A.
(2021). Implikasi Model Simulasi berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi
Terhadap Keaktifan Belajar Murid di Sekolah Dasar. Edukatif : Jurnal Ilmu
Pendidikan, 4(1), 639–647.
https://doi.org/10.31004/edukatif.v4i1.1854
Saddadi, M. I. (2019). Pengembangan
Media Pembelajaran Berbasis Flash Pada Materi Operasi Bilangan Bulat Untuk
Meningkatkan Pemahaman Konsep Murid SMP. In Skripsi : Tidak Diterbitkan.
0 comments:
Posting Komentar